Artikel Terkait :
Maaf, jika aku telah menyita waktumu yang berharga. Namun, aku tidak akan menyiksamu seperti kau menyiksaku. Kau tak pernah membiarkan aku pergi dari bayangmu. Kau membuatku terbang terlalu jauh bersama angan tentangmu. Kau juga membuatku terpenjara dalam kerinduan yang mendera. Mungkin kau akan tersenyum mengejekku atau bahkan menertawakan aku. Mungkin juga kau akan menilai kata-kataku ini sok puitis. Tetapi, aku tak akan peduli.
Maaf, jika aku telah menyita waktumu yang berharga. Namun, aku tidak akan menyiksamu seperti kau menyiksaku. Kau tak pernah membiarkan aku pergi dari bayangmu. Kau membuatku terbang terlalu jauh bersama angan tentangmu. Kau juga membuatku terpenjara dalam kerinduan yang mendera. Mungkin kau akan tersenyum mengejekku atau bahkan menertawakan aku. Mungkin juga kau akan menilai kata-kataku ini sok puitis. Tetapi, aku tak akan peduli.
Kadang masih kudengar deru ombak yang seolah berada di telingaku. Mendekap erat dalam relung jiwa. Membuatku membisu, dadaku serasa penuh dan sesak dan seolah nyawaku melayang ketika kau telah berada di hadapanku untuk pertama kalinya. Senyuman indah terurai dari bibir manismu. Cahaya terang nan tajam menangkap sorot mataku yang sedikit redup.
Sadarkah kau bahwa sebelum kurasakan semua itu aku telah lama mengagumimu? Mengagumi segala hal yang melekat padamu. Kau bunga terindah yang ingin kumiliki. Kau Edelweissku. Kalau banyak orang memberikan sekuntum mawar merah untuk nyatakan cinta. Tetapi, aku tidak. Kuakui mawar merah begitu menggoda. Namun, dapat membuatku berdarah. Mawar terlalu mudah untuk ditemukan, bahkan menurutku murahan. Bisa saja kau temukan di setiap toko bunga atau juga kau tanam di halaman rumahmu.
Akan tetapi kau, jauh berbeda dari itu. Aku harus lewati terjalnya bebatuan. Ku harus taklukkan tingginya daratan. Ku harus lalui jurang dan tebing. semua kulakukan hanya untuk menggapaimu. Sebab, tak sembarang tempat kau dapat hidup dan mekar. Meski aku telah lelah untuk melangkah, namun aku tak akan menyerah.
Kau Edelweissku. Sederhana, namun kau begitu anggun dan tangguh. Kau tak akan pernah layu ketika aku telah memisahkan kau dari pohon. Kau simbol keabadian, keabadian cintaku padamu. Baumu tak perlu seharum mawar, warnamu tak perlu seelok anggrek untuk membuatku memilihmu. Namun, aku juga tak akan memaksamu untuk menjadikanku pangeran yang bertahta dalam duniamu.
*ai_chan*
Kau Edelweissku. Sederhana, namun kau begitu anggun dan tangguh. Kau tak akan pernah layu ketika aku telah memisahkan kau dari pohon. Kau simbol keabadian, keabadian cintaku padamu. Baumu tak perlu seharum mawar, warnamu tak perlu seelok anggrek untuk membuatku memilihmu. Namun, aku juga tak akan memaksamu untuk menjadikanku pangeran yang bertahta dalam duniamu.
*ai_chan*
2 komentar:
dari mana nie artikel??
buatan sendiri.
Posting Komentar