Bertani
merupakan salah satu mata pencaharian penduduk di Indonesia. Hal tersebut
didukung oleh tanah di Indonesia yang subur dan iklim tropis yang sesuai untuk
bidang pertanian. Oleh karena itu, Indonesia juga disebut sebagai Negara
Agraris dan juga kaya akan hasil alamnya.
Pertanian tidak hanya terpaku dalam proses
budidayanya saja, tapi dalam perkembangannya bisa dijadikan suatu bisnis yang
menjanjikan. Apalagi tanah di Indonesia yang subur dan didukung pula dengan
alat-alat pertanian yang semakin modern dan juga sumber daya manuasia yang
berkualitas. Namun, kini lahan pertanian di Indonesia perlahan-lahan berubah
menjadi pemukiman penduduk. Seperti sebuah bisnis perumahan dengan menawarkan
suasana yang asri dan sejuk juga jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan. Tidak
hanya perumahan tapi juga villa atau bahkan penginapan.
Apa sebab dan
akibat dari berkurangnya lahan pertanian? Penyebab utamanya yaitu, pertumbuhan
penduduk yang cepat. Sejauh ini pemerintah memang sudah berusaha untuk
mengendalikan laju penduduk. Mulai dari program KB, batas usia minimal untuk
melakukan perkawinan sampai dengan transmigrasi. Namun, hal tersebut belum
terlaksana secara maksimal. Sebab, rendahnya kesadaran penduduk atau rendahnya
tingkat pendidikan yang menyebabkan kepadatan penduduk masih terjadi. Sehingga,
harus menggunakan lahan kosong untuk bermukim, salah satunya lahan pertanian.
Selain
pertumbuhan penduduk yang cepat, tata ruang kota juga mempengaruhi berkurangnya
lahan pertanian. Tata ruang kota yang kurang baik dapat menyebabkan salah
peletakan suatu fungsi wilayah di tempat yang kurang tepat. Seperti pemanfaatan
lahan daerah pertanian untuk rumah susun dan perumahan.
Berkurangnya
lahan pertanian menyebabkan bertambahnya pengangguran. Sebab, tidak semua orang
dapat bekerja di kantor atau instansi. Banyak di antara penduduk di Indonesia
menggantungkan hidupnya pada hasil panen yang diperoleh dari lahan yang telah
digarapnya. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah dan kemampuan yang
dimiliki juga terbatas atau merupakan warisan keluarga yang mengharuskan mereka
memilih bercocok tanam sebagai suatu pekerjaan.
Mengingat bahwa
pertanian merupakan sektor yang penting antara lain dalam penyedia bahan pangan
dan penyerapan tenaga kerja, dalam kondisi seperti sekarang ini dengan lahan
yang terbatas menuntut petani dan pemerintah bekerjasama mencari suatu
terobosan baru untuk mengatasi menyempitnya lahan pertanian.
Banyak upaya
yang dapat dilakukan pemerintah maupun petani, salah satunya petani dapat
melakukan cara penanaman dengan media air atau yang biasa disebut hidroponik
sebagai pengganti tanah. Hidroponik sendiri terdapat tujuh kategori berdasarkan
medianya, yaitu: 1) kultur air; 2) substrat; 3) nutrient film technique
(NFT); 4) aeroponik; 5) rakit apung (floating raft hydroponic system);
6) kombinasi NFT – rakit apung; 7) kombinasi aeroponik - rakit apung.
Seiring dengan
berkembangnya teknologi maka di bidang pertanian juga terpengaruh, seperti
beralihnya membajak sawah yang awalnya menggunakan tenaga sapi atau kerbau kini
sudah menggunakan mesin traktor untuk menghemat waktu dan tenaga. Hal tersebut
juga berdampak pada tenaga manusia yang seolah tidak lagi dibutuhkan, sebab
sudah digantikan dengan berbagai peralatan yang lebih canggih dengan hasil yang
lebih efisien. Sedangkan tenaga kerja Indonesia kelas menengah ke bawah tidak
mampu untuk bersekolah sampai perguruan tinggi dan kemampuan dalam industri
juga masih terbatas, tapi untuk bidang pertanian lebih mudah untuk diajarkan
dan risiko tidak terlalu besar. Sehingga diperlukan banyak lowongan pekerjaan
di bidang pertanian. Pemerintah dapat melakukannya dengan cara memberikan
penyuluhan tentang pengolahan di bidang pertanian dengan lahan yang minim namun
tetap memberikan hasil yang efektif dan dapat menjadi suatu usaha untuk
menyerap tenaga kerja. Hal tersebut juga merupakan cara peningkatan di bidang
agribisnis.
Namun
upaya-upaya tersebut tidak akan berjalan efektif apabila tidak didukung dengan kualitas
sumber daya manusia yang memadai. Salah satu usaha pemerintah dalam
meningkatkan sumber daya manusia untuk menangani bidang pertanian, yaitu adanya
program magang yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Jepang. Setiap tahunnya Indonesia mengirimkan pemuda-pemuda seluruh
Indonesia yang berusia 18 sampai dengan 25 tahun yang telah lolos dari beberapa
tahap seleksi, mulai dari tingkat regional sampai tingkat provinsi.
Para pemuda
yang telah terpilih tersebut akan dibimbing dan dikarantina sebelum akhirnya
diberangkatkan dan tinggal di Jepang selama satu tahun. Di sana mereka akan
tinggal bersama orang tua asuh. Berbeda dengan di Indonesia, di Jepang hampir
semua pekerjaan telah dilakukan oleh mesin, mulai dari pemanenan jagung, padi,
pengepakan jerami untuk pakan ternak, bahkan tempat minum untuk sapi telah di-setting
secara otomatis.
Program tersebut hampir sepenuhnya didanai
oleh pemerintah. Bahkan ketika para peserta magang tersebut telah kembali ke
Indonesia, mereka dituntut untuk menerapkan apa yang telah mereka dapatkan
selama magang di Negeri Sakura tersebut dan tentunya bekerjasama dengan
pemerintah. Tapi kadang juga ada orang tua asuh mereka yang menginginkan mereka
untuk bekerja dan menetap di Jepang.
Jika belum mencapai
usia 18 maka ada cara lain yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki
kualitas sumber daya manusia untuk menangani bidang pertanian, yaitu dengan
adanya sekolah pertanian. Sekolah ini setingkat dengan sekolah mengengah atas
(SMA). Di Kediri hanya terdapat satu sekolah pertanian, sekolah tersebut
terletak di Plosoklaten, Kabupaten Kediri.
Sekolah ini sekarang bernama SMK Plosoklaten.
0 komentar:
Posting Komentar