Minggu, 02 Desember 2012

Esai: Musik Klasik dalam Merangsang Kecerdasan Otak pada Janin, Bayi dan Anak-Anak


Musik tidak dapat dijauhkan dalam kehidupan manusia. Biasanya masyarakat menggunakan musik sebagai media hiburan, teman saat belajar, pengiring dalam upacara-upacara adat atau pemujaan bahkan sebagai bentuk mengungkapkan isi hati. Saat ini musik telah berkembang di seluruh dunia. Seperti musik dangdut, pop, rock, ballad, keroncong, campursari, dan masih banyak lagi.
Salah satu jenis musik yang dikenal di dunia, yaitu musik klasik. Musik klasik  merupakan istilah luas yang biasanya mengarah pada musik yang dibuat atau berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik orkestra. Musik klasik Eropa dibedakan dari bentuk musik non-Eropa dan musik populer terutama oleh sistem notasi musiknya yang sudah digunakan sejak sekitar abad ke-16.
 Notasi musik barat digunakan oleh komponis untuk memberi petunjuk kepada pembawa musik mengenai tinggi nada, kecepatan, metrum, ritme individual, dan pembawaan tepat suatu karya musik. Hal ini membatasi adanya praktik-praktik seperti improvisasi dan ornamentasi ad libitum yang sering didengar pada musik non-Eropa maupun musik populer.
Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir ada musik yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi musik Gereja. Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja. Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Sedangkan menurut Aristoteles musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Beberapa penelitian telah dilakukan dalam membuktikan manfaat musik klasik bagi kesehatan, terutama untuk kecerdasan otak. Memang dalam hidup ini kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya musik. Dimanapun kita berada kita akan selalu bersentuhan dengan musik. Namun pilihan kita terhadap musik juga dapat berpengaruh pada kesehatan kita.
Pada tahun 1998, Don Campbell, seorang musisi sekaligus pendidik, bersama Dr. Alfred Tomatis, seorang psikolog, mengadakan penelitian untuk melihat efek positif dari beberapa jenis musik. Hasilnya dituangkan dalam buku mereka yang di Indonesia diterbitkan dengan judul “Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Mnyehatkan Tubuh”. Banyak fakta menarik yang diungkap Campbell dan Tomatis. Diantaranya, adanya hubungan yang menarik antara musik dan kecerdasan manusia.
Musik klasik terbukti dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektual manusia secara optimal. Campbell kemudian mengambil contoh karya Mozart, Sonata in D major K 488 yang diyakininya mempunyai efek stimulasi yang paling baik bagi bayi.
Sedangkan menurut Dra. Louise, M.M.Psi., psikolog sekaligus terapis musik dari Present Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, sesungguhnya bukan hanya musik Mozart yang dapat digunakan. Semua musik berirama tenang dan mengalun lembut memberi efek yang baik bagi janin, bayi dan anak-anak. Lebih sering disebut efek Mozart sebab musik-musik gubahan Mozart-lah yang pertama kali di teliti. 

Penelitian lain juga pernah dilakukan Frances Rauscher dan koleganya dari Universitas Wisconsin, AS melakukan penelitian hubungan antara kecerdasan dan musik. Para peneliti dari perguruan tinggi tersebut membagi dua kelompok tikus hamil. Kepada kelompok pertama diperdengarkan sejumlah sonata-sonata yang indah dari Mozart. Lalu, bayi-bayi tikus yang baru lahir masih tetap disuguhi musik yang sama sampai mereka berusia 2 bulan. Kelompok induk lainnya diperdengarkan musik minimalis Glass dan hal itu dilanjutkan sampai bayi-bayi tikus berusia 2 bulan. Rauscher dan kawan-kawannya kemudian menguji apakah “vitamin musik” yang diberikan sebagai makanan suplemen untuk dua kelompok tikus itu memberi dampak pada kecerdasan. Mereka menguji tikus-tikus bayi itu untuk berlomba di jaringan jalan yang ruwet, jalan yang simpang siur, untuk mendapatkan hadiah makanan. Hasil uji coba sangat mengesankan. Bayi-bayi tikus yang mendapatkan “vitamin musik klasik” dari sonata-sonata Mozart bekerja dengan sempurna dan sedikit sekali melakukan kesalahan dan mereka membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama untuk makanan sebagai hadiahnya. Sedangkan kelompok tikus yang mendapat vitamin musik minimalis dari Glass tampak tidak secerdas kelompok “klasik”.
Penelitian tersebut mengisyaratkan musik yang kompleks (musik klasik) telah meningkatkan daya belajar tikus terhadap ruang dan waktu (spatial-temporal). Dan hal ini juga berlaku untuk manusia. Para peneliti sampai pada kesimpulan, kemampuan spatial dapat ditemukan pada orang yang telah mendapat pelajaran matematika, musik dan ilmu pengetahuan. Penelitian diatas menguatkan hasil penelitian selama ini mengenai pengaruh musik klasik pada peningkatan kecerdasan. UNESCO Music Council malah telah menegaskan, pertama, musik klasik adalah alat pendidikan. Kedua, musik adalah alat untuk mempertajam rasa intelektual manusia. Musik yang demikian biasanya mempunyai keseimbangan antara empat unsur musik, yakni melodi, harmoni, irama (rhythm) dan warna suara (timbre). Musik yang memenuhi persyaratan ini adalah musik klasik, semi klasik, musik rakyat juga musik tradisional seperti karawitan.
Sepertinya sudah saatnya kita menerapkan musik klasik untuk mencerdaskan anak bangsa, dengan cara memberikan pengarahan kepada ibu hamil untuk memperdengarkan musik-musik klasik ketika kandungan mulai memasuki usia 4 bulan. Hal tersebut dapat merangsang perkembangan otak pada janin, seperti menggerangkan anggota tubuh. Pada balita, musik klasik dapat diperdengarkan saat sebelum tidur. Agar balita dapat tidur dengan persaan tenang dan nyaman. Untuk anak-anak, musik klasik dapat diperdengarkan kapanpun mereka inginkan atau juga dapat mengajarkan mereka untuk bermain musik.



1 komentar:

Unknown mengatakan...

jancokkπŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code