Musik tidak
dapat dijauhkan dalam kehidupan manusia. Biasanya masyarakat menggunakan musik
sebagai media hiburan, teman saat belajar, pengiring dalam upacara-upacara adat
atau pemujaan bahkan sebagai bentuk mengungkapkan isi hati. Saat ini musik
telah berkembang di seluruh dunia. Seperti musik dangdut, pop, rock, ballad,
keroncong, campursari, dan masih banyak lagi.
Salah satu
jenis musik yang dikenal di dunia, yaitu musik klasik. Musik klasik merupakan istilah luas yang biasanya mengarah
pada musik yang dibuat atau berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik orkestra. Musik klasik Eropa dibedakan dari bentuk musik non-Eropa dan musik populer terutama oleh
sistem notasi musiknya yang sudah
digunakan sejak sekitar abad ke-16.
Notasi musik barat digunakan oleh komponis
untuk memberi petunjuk kepada pembawa musik mengenai tinggi nada, kecepatan, metrum, ritme individual, dan pembawaan tepat suatu
karya musik. Hal ini membatasi adanya praktik-praktik seperti improvisasi dan
ornamentasi ad libitum yang sering didengar pada musik non-Eropa maupun
musik populer.
Sejak abad ke-2
dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir ada musik yang mempunyai
bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah
musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi musik Gereja. Musik itu
kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik yang
mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja. Musik itu
tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental
maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola
dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman,
Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan
berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya
masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Sedangkan
menurut Aristoteles musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah
mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Beberapa
penelitian telah dilakukan dalam membuktikan manfaat musik klasik bagi kesehatan,
terutama untuk kecerdasan otak. Memang dalam hidup ini kita tidak akan pernah lepas
dari yang namanya musik. Dimanapun kita berada kita akan selalu bersentuhan
dengan musik. Namun pilihan kita terhadap musik juga dapat berpengaruh pada
kesehatan kita.
Pada tahun 1998, Don Campbell, seorang musisi sekaligus pendidik, bersama
Dr. Alfred Tomatis, seorang psikolog, mengadakan penelitian untuk melihat efek
positif dari beberapa jenis musik. Hasilnya dituangkan dalam buku mereka yang
di Indonesia diterbitkan dengan judul “Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik
untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Mnyehatkan Tubuh”. Banyak
fakta menarik yang diungkap Campbell dan Tomatis. Diantaranya, adanya hubungan
yang menarik antara musik dan kecerdasan manusia.
Musik klasik terbukti dapat meningkatkan fungsi otak dan
intelektual manusia secara optimal. Campbell kemudian mengambil contoh karya
Mozart, Sonata in D major K 488 yang diyakininya mempunyai efek stimulasi yang
paling baik bagi bayi.
Sedangkan menurut Dra. Louise, M.M.Psi., psikolog sekaligus terapis musik dari Present Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, sesungguhnya bukan hanya musik Mozart yang dapat digunakan. Semua musik berirama tenang dan mengalun lembut memberi efek yang baik bagi janin, bayi dan anak-anak. Lebih sering disebut efek Mozart sebab musik-musik gubahan Mozart-lah yang pertama kali di teliti.
Sedangkan menurut Dra. Louise, M.M.Psi., psikolog sekaligus terapis musik dari Present Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, sesungguhnya bukan hanya musik Mozart yang dapat digunakan. Semua musik berirama tenang dan mengalun lembut memberi efek yang baik bagi janin, bayi dan anak-anak. Lebih sering disebut efek Mozart sebab musik-musik gubahan Mozart-lah yang pertama kali di teliti.
Penelitian lain juga pernah dilakukan Frances Rauscher dan
koleganya dari Universitas Wisconsin, AS melakukan penelitian hubungan antara
kecerdasan dan musik. Para peneliti dari perguruan tinggi tersebut membagi dua
kelompok tikus hamil. Kepada kelompok pertama diperdengarkan sejumlah sonata-sonata
yang indah dari Mozart. Lalu, bayi-bayi tikus yang baru lahir masih tetap
disuguhi musik yang sama sampai mereka berusia 2 bulan. Kelompok induk lainnya
diperdengarkan musik minimalis Glass dan hal itu dilanjutkan sampai bayi-bayi
tikus berusia 2 bulan. Rauscher dan kawan-kawannya kemudian menguji apakah
“vitamin musik” yang diberikan sebagai makanan suplemen untuk dua kelompok
tikus itu memberi dampak pada kecerdasan. Mereka menguji tikus-tikus bayi itu
untuk berlomba di jaringan jalan yang ruwet, jalan yang simpang siur, untuk
mendapatkan hadiah makanan. Hasil uji coba sangat mengesankan. Bayi-bayi tikus
yang mendapatkan “vitamin musik klasik” dari sonata-sonata Mozart bekerja
dengan sempurna dan sedikit sekali melakukan kesalahan dan mereka membutuhkan
waktu yang tidak terlalu lama untuk makanan sebagai hadiahnya. Sedangkan
kelompok tikus yang mendapat vitamin musik minimalis dari Glass tampak tidak
secerdas kelompok “klasik”.
Penelitian tersebut mengisyaratkan musik yang kompleks (musik
klasik) telah meningkatkan daya belajar tikus terhadap ruang dan waktu
(spatial-temporal). Dan hal ini juga berlaku untuk manusia. Para peneliti
sampai pada kesimpulan, kemampuan spatial dapat ditemukan pada orang yang telah
mendapat pelajaran matematika, musik dan ilmu pengetahuan. Penelitian diatas
menguatkan hasil penelitian selama ini mengenai pengaruh musik klasik pada
peningkatan kecerdasan. UNESCO Music Council malah telah menegaskan, pertama,
musik klasik adalah alat pendidikan. Kedua, musik adalah alat untuk mempertajam
rasa intelektual manusia. Musik yang demikian biasanya mempunyai keseimbangan
antara empat unsur musik, yakni melodi, harmoni, irama (rhythm) dan warna suara
(timbre). Musik yang memenuhi persyaratan ini adalah musik klasik, semi klasik,
musik rakyat juga musik tradisional seperti karawitan.
Sepertinya sudah saatnya kita menerapkan musik klasik untuk mencerdaskan
anak bangsa, dengan cara memberikan pengarahan kepada ibu hamil untuk
memperdengarkan musik-musik klasik ketika kandungan mulai memasuki usia 4
bulan. Hal tersebut dapat merangsang perkembangan otak pada janin, seperti
menggerangkan anggota tubuh. Pada balita, musik klasik dapat diperdengarkan
saat sebelum tidur. Agar balita dapat tidur dengan persaan tenang dan nyaman.
Untuk anak-anak, musik klasik dapat diperdengarkan kapanpun mereka inginkan
atau juga dapat mengajarkan mereka untuk bermain musik.
1 komentar:
jancokkππππππ
Posting Komentar