Minggu, 02 Desember 2012

Pergi untuk Kembali


Rintik hujan mengiringi perjalanan imajiku pada suatu waktu dimana aku pernah merasakan rasa yang tak kuinginkan. Aku bersama langit berbagi air mata. Walau aku sendiri telah merasa tak ada lagi air mata yang dapat menetes, mengalir, membasahi pipi. Memang kenyataannya begitu. Namun, hatiku yang tak berhenti untuk menangis, hatiku yang tak berhenti untuk meronta karena rasa sakit yang terlampau sakit menyerang.

Mungkin kau bagiku layaknya pangeran yang selalu tampak ceria di hadapanku dan di hadapan ribuan bahkan jutaan atau juga triliunan pasang mata. Namun, betapa sakitnya aku saat aku merasa kau bohongi. Mungkin kau tak hanya membohongiku tapi juga dirimu sendiri. Tahukah kau bahwa aku tak suka itu?

Kadang aku ingin bertanya pada hatimu bukan pada bibirmu. Berperan sebagai apakah aku dalam hidupmu? Aku bukanlah seorang permaisuri yang bertahta di hatimu. Aku bukanlah seorang rakyat jelata yang membutuhkan belas ksih dari seorang raja atau pangeran seperti itu. Namun, aku seorang gadis pemberani yang tengah mengembara seorang diri yang tengah singgah dalam wilayah istanamu. Tenang saja, aku bukan pencuri, aku juga bukan pengemis yang menganggap rasa kasihanmu sebagai cinta, layaknya cinta antara Adam dan Hawa.
Kuakui aku sempat bermimpi walau hanya hitungan menit atau bahkan detik bahwa aku dan kau akan seperti Cassiopeia dan Chepeus. Namun, saat aku terbangun kusadari aku hanyalah pengembara dan kau seorang pangeran. Seketika itu aku tak akan lagi berambisi, aku tak akan lagi mengharap padamu.

Haruskah aku memohon padamu untuk tinggal di istanamu selamanya? Haruskah aku bertekukmlutut, bersujud di hadapanmu agar kau dapat melihat jiwaku yang kini telah sedikit lelah untuk berjuang? Agar kau memahami dan mengerti maksud kedatanganku.
Beribu tanya telah terpendam dalam di celah-celah lempeng samudera dala hatiku. Berulang kali kubermaksud mencari jawaban pada dirimu namun berulang kali kuurungkan. Dimanakah rasa hormatku jika aku menanyakannya padamu? Walau kau sendiri mendesakku untuk selalu berkata jujur.

Kini kau masih menggenggam tanganku erat. Tetapi kau masih terbelenggu kenangan akan masa lalumu. Bukan hanya kau tapi aku juga memiliki masa lalu. Jika aku jadi kau, aku akan melepaskanmu dan lebih baik aku sendiri. Sendiri tanpa masa lalu dan tanpa dirimu. Karena, aku tak ingin orang lain terluka karena aku yang masih berusaha melepaskan ikatan dengan masa laluku.

Kau telah berjanji untuk menjagaku. Tapi, apa kau sendiri telah menjaga dirimu dengan baik? Aku tidak akan menuntutmu memberikan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan sepihak, pihakku. Aku tidak menuntutmu menjadi seorang pangeran yang harus memprioritaskan aku. Kuhanya ingin kau tahu ketulusan seorang pangeran yang menolong seekor katak yang tak dapat berenang yang sedang terseret arus Niagara.

Maafkan aku, Pangeranku! Jika kau berkehendak, maka lepaskan aku! Biarkan aku terbang bebas! Dan aku akan kembali ketika kau telah menutup masa lalumu dalam album kenangan dan kau simpan dengan rapi di antara buku-bukumu yang lain dan kau telah bersiap memberikan seteguk ketulusan padaku yang telah menanti oase di hamparan padang pasir.
Kuharap secepatnya. Sebelum malaikat bersayap putih dengan lembut memelukku dan membawaku pada kebahagiaan yang abadi. Sebelum aku melambaikan tanganku dan kau tak dapat meraih tanganku lagi.

Desir angin mengejutkanku, menyadarkanku. Tiba-tiba dadaku terasa penuh dan sesak. Tanpa sengaja berbisik di telingaku lantunan sebuah lagu…

You did it again
You did hurt my heart
I don’t know how many times
You… I don’t know what to say
You’ve made me so desperately in love
And now you let me down
You said you’d never lie again
You said this time would  be so right
But then I found you were lying there by her side

You.. You turn my whole life so blue
Drowning me so deep,  I just can reach myself again
You.. Successfully tore myheart
Now it’s only pieces
Nothing left but pieces of you

You frustated me with this love
I’ve been trying to understand
You know i’m trying i’m trying
You.. I don’t know what to say
You’ve made me so desperately in love
And now you let me down

 (You by Ten 2 Five)
 
Perlahan air mata mengalir deras. Aku senang kau tak pernah mendapati aku sedang menangis terluka seperti ini. Kau tak perlu iba padaku. Kuingin kau tersenyum dan aku pun tersenyum. Aku kuat, lebih kuat dari yang kau kira. Aku bukan Daendellion tapi aku sekuntum Edelweiss. Bahagialah kau yang telah membaca hatiku.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code